Permainan

“Ada hiburan-hiburan seperti berdansa-dansi, bermain kartu, catur, dam, dan lain-lain, yang kita tidak dapat membenarkannya, karena Sorga melarangnya.” (Massages to Young People, pp. 379, 392)

“Sebuah gambaran tentang berbagai perkara telah ditunjukkan kepada saya dimana para siswa sedang bertanding tennis dan cricket. Kemudian kepada saya diberi petunjuk dari hal sifat tabiat dari hiburan-hiburan ini. Sekaliannya itu diperlihatkan kepada saya sebagai suatu jenis penyembahan berhala, bagaikan berhala-berhala dari bangsa-bangsa.” (Counsels to Teachers, p. 350)

“Menurut perasaan umum pekerjaan kasar itu adalah rendah derajatnya, namun orang dapat saja bekerja keras sebanyak yang mereka lakukan pada permainan cricket, baseball, atau di dalam pertandingan tinju, tanpa dianggap rendah derajat. Setan bergembira apabila dilihatnya manusia menggunakan kekuatan- kekuatan fisik dan mentalnya pada apa yang tidak mendidik, yang tidak bermanfaat, yang tidak dapat membantu mereka untuk menjadi suatu berkat bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Sementara orang-orang muda makin menjadi ahli dalam olahraga-olahraga yang tidak bernilai nyata bagi diri sendiri atupun bagi orang lain. Setan sedang memainkan pertaruhan hidup bagi jiwa-jiwa mereka, sambil merampas dari mereka talenta-talenta yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka, lalu menempatkan sifat-sifat jahatnya sendiri sebagai gantinya pada mereka….. Ia berusaha mengisi dan memenuhi pikiran sedemikian lengkapnya supaya Allah tidak akan lagi menemukan tempat di dalam ingatan.” (Counsels to Teachers, pp. 274, 275)

“Saya tidak mempermasalahkan permainan bola yang sederhana; tetapi permainan ini, meskipun dalam kesederhanaannya, mungkin dilakukan berlebih-lebihan.” (Adventist Home, p. 499)

Bahan Bacaan

“Setan mengetahui bahwa pikiran sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakannya. Ia sedang berusaha menuntun baik orang muda maupun orang dewasa untuk membaca buku-buku cerita serta buku-buku lainnya. Para pembaca buku-buku seperti itu menjadi tidak layak untuk menuaikan kewajiban yang mereka hadapi. Mereka hidup dalam khayalan, dan tidak mempunyai kerinduan untuk menyelidiki Kitab Suci untuk makan manna dari surga. Pikiran yang perlu dikuatkan menjadi lemah, dan kehilangan kuasanya untuk mempelajari kebenaran besar yang ada sangkut-pautnya dengan tugas dan pekerjaan Kristus, ----- kebenaran yang dapat memperkuat pikiran, menggugah angan-angan, serta menyalakan suatu keinginan yang kuat dan sungguh-sungguh untuk menang sebagaimana Kristus telah menang.” (Messages to Young People, p. 271)

“…. Cerita-cerita percintaan, dongeng-dongen picisan yang menggemparkan, malah jenis-jenis buku yang disebut novel agama ---- buku-buku yang dalamnya pengarang menarik suatu pelajaran akhlak dari ceritanya ---- menjadi suatu kutuk kepada mereka yang membacanya. Perasaan agama mungkin dijalinkan di seluruh buku cerita, tetapi dalam banyak hal Setan mengenakan jubah malaikat, sehingga dapat memperdayakan dan memikat lebih berhasil. Seorang pun tiada yang sudah teguh dalam prinsip-prinsip rohani, seorang pun tiada yang sudah aman dari penggodaan sehingga mereka sudah aman dalam membaca cerita-cerita seperti ini. Ambillah tekad menjauhkan segala bacaan yang tidak berharga. Hal itu tidak akan menguatkan kerohanianmu, tetapi akan memasukkan ke dalam ingatan perasaan-perasaan yang merusak angan-angan, menyebabkan engkau kurang memikirkan tentang Yesus dan merenungkan pelajaran-pelajaran-Nya yang berharga.” (Messages to Young People, p. 273)

Televisi / Bioskop

“Di antara sumber-sumber keplesiran yang paling berbahaya adalah bioskop. Bukannya menjadi sekolah akhlak dan tabiat, sebagaimana sering dianggap, bioskop adalah persemaian kebejatan moral. Kebiasaan-kebiasaan jahat dan kecenderungan-kecenderungan keji diperkuat dan diperteguh oleh hiburan-hiburan seperti ini. Nyanyian-nyanyian, tingkah laku cabul, ekspesi dan sikap-sikap yang murahan, merendahkan daya khayal serta menurunkan akhlak.”

“Setiap orang muda yang terbiasa menonton pertunjukan demikian akan rusak prinsipnya. Tidak ada pengaruh di negeri kita ini yang lebih berkuasa untuk meracuni daya khayal, merusak pengaruh-pengaruh rohani, dan menumpulkan kesukaan terhadap hidup yang wajar, selain daripada hiburan-hiburan pertunjukan. Kegandrungan akan hal ini meningkatkan setiap pemanjaan, seperti keinginan terhadap minuman keras untuk makin kuat penggunaannya.” (Testimonies for the Church, vol. 4, pp. 652, 653)

“Tidak bakal ada permohonan akan berkat Allah selama jam yang digunakan di bioskop atau ruang dansa. Tidak ada yang ingin kedapatan berada di sana bilaman Kristus datang. Tidak ada orang Kristen yang ingin mati di tempat seperti itu.” (Messages to Young People, p. 398)

Musik

“Setan tidak mendapatkan penolakan terhadap musik jika dia dapat membuat suatu hubungan melalui mana dia dapat menguasai pikiran.” (Testimonies for the Church, vol. 1, p. 506)

“Mereka memiliki telinga yang peka untuk musik, dan Setan mengetahui alat tubuh mana untuk dirangsang, digerakan, dipikat dan mempesona pikiran.” (Testimonies for the Church, vol. 1, p. 497)

“Sebagaimana masa yang lalu begitu juga masa yang akan datang. Setan akan membuat musik menjadi satu jerat dengan cara yang salah dalam penggunaannya.” (Selected Messages, book 2, pp. 37, 38)

“Saya melihat cara-cara yang bodoh dan perkataan yang tidak pada tempatnya disebutkan; dan melihat bagaimana Roh Kudus berdukacita dan nama Tuhan dihina.” (EGW dan Musik, hal. 37)

“Peristiwa-peristiwa yang saudara jelaskan seperti yang terjadi di Indiana, Tuhan tunjukkan kepada saya akan terjadi lagi menjelang penutupan pintu kasihan. Gerakan-gerakan yang aneh dilakukan, dan teriakan-teriakan dengan bunyi tambur mengiringi, musik dan tarian, sehingga suasana pikiran mereka menjadi kacau dan ini, mereka sebut gerakan-gerakan Roh Kudus.” (Selected Messages, book 2, p. 37, 38)

“Tanggung jawab yang agung dan mulai terletak di pundak orang-orang muda. Uang tidak menjadi soal bagi mereka. Mendatangkan musik dan lagu ke dalam rumah mereka yang tidak mendorong kepada kesucian dan kerohanian yang kuat, semuanya itu mempunyai arti yang mengalihkan pikiran mereka dari kebenaran, musik yang digunakan salah…. adalah kutuk yang amat dahsyat.” (Testimonies for the Church, vol. 1, p. 497)

“Sementara anak-anak Israel berjalan melintasi padang belantara sambil menghibur diri dengan lagu nyanyian kudus, demikian juga Allah menyuruh anak-anak-Nya sekarang ini supaya menggembirakan hidup pengembaraan mereka. Hanya ada sedikit cara yang lebih efektif untuk menanamkan firman-Nya dalam ingatan dibanding dengan mengulang-ulanginya dalam nyanyian. Dan nyanyian demikian mempunyai kuasa yang luar biasa. Itu berkuasa mengurangi kekasaran dan sifat-sifat tidak beradab, kuasa untuk mencerdaskan pikiran dan membangkitkan rasa simpati, mendorong keselarasan bertindak, serta menghapuskan kegelapan maupun prasangka yang merusak semangat dan melemahkan usaha.” (Education, pp. 167, 168)

“Biarlah lagu itu dinyanyikan dengan jelas kata-katanya….. dinyanyikan dari hati dan roh serta dengan pengertian.” (Evangelism, p. 509)

“Biarlah lagu itu dinyanyikan dengan kata-kata yang jelas supaya dapat dimengerti orang yang mendengarnya dan hatinya pun terjamah. Tetapi sering terjadi bahwa orang yang melakukannya sendiri pun tidak mengerti apa yang mereka lagukan, apalagi orang yang mendengarnya. Kiranya dalam hal ini kita mau mengadakan pembaharuan. Bilamana umat Tuhan tiba pada masa penganiayaan, mereka akan saling menasihati dan menyanyikan lagu-lagu yang menguatkan iman serta pengharapan masuk surga.” (Education, p. 166)

Sikap Berdoa

PENTINGNYA DOA

“Apabila Juruselamat manusia dengan kekuatan Ilahi-Nya merasa perlu berdoa, betapa lebih besar manusia lemah dan berdosa seharusnya merasa kebutuhannya dalam doa yang sungguh-sungguh dan senantiasa….. Dia telah membuktikan pada kita bahwa doa sangat penting menerima kekuatan melawan kuasa kegelapan dan melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita. Kekuatan kita sendiri adalah kelemahan, tetapi yang diberikan Allah pada kita adalah kuasa, sehingga setiap orang yang memperolehnya lebih besar daripada seorang pemenang.” (Testimonies for the Church, vol. 2, pp. 202, 203)

“Mengapa anak laki-laki dan anak perempuan Allah menjadi malas berdoa, padahal doa itu adalah kunci di tangan iman untuk membuka perbendaharaan surga…..? (Steps to Christ, p. 95)


MENGHINA ALLAH MELALUI DOA

“Orang-orang yang mengajukan permohonan mereka kepada Allah dan menuntut janji-Nya sedangkan mereka tidak memenuhi syaratnya, adalah menghina Yehovah.” (Christ Object Lessons, p. 142)


BERTELUT

“Saya telah menerima surat-surat yang menanyakan kepada saya berkenan dengan sikap yang sepatutnya diambil oleh seseorang yang mempersembahkan doa kepada yang maha kuasa dari alam semesta. Dari manakah Saudara-Saudara kita memperoleh pandangan, bahwa mereka harus berdiri pada kakinya sewaktu berdoa kepada Allah?.... (Bacalah : Lukas 22:41; Kisah Para Rasul 9:40; 7:59,60; 20:36; 21:5; Ezra 9:5,6; Mazmur 95:6; Efesus 3:14)….”

“Baik di dalam perbaktian umum maupun di dalam perbaktian pribadi kewajiban kita adalah tunduk berlutut ke hadapan Allah, apabila kita mempersembahkan permohonan-permohonan kita kepada-Nya. Perbuatan ini menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah….”

“Janganlah berdiri tegak dalam cara farisimu lalu mempersembahkan doa-doamu kepada Allah. Janganlah menaruh harap pada kekuatanmu sendiri. Janganlah bergantung padanya : melainkan supaya selalu tunduk berlutut ke hadapan Allah, dan menyembah Dia, maka apabila engkau berhimpun bersama-sama menyembah Allah, ingatlah lalu tunduk berlutut ke hadapan-Nya. Hendaklah perbuatan ini membuktikan bahwa seluruh jiwa, tubuh, dan roh tunduk kepada Roh Kebenaran….”

“Doa yang dipersembahkan oleh Salomo selama pentahbisan kaabah, ia itu bukan dilakukan selagi ia berdiri tegak pada kakinya. Raja itu bertelut dalam posisi merendah sebagai seseorang yang memohon. Disinilah terdapat sebuah pelajaran bagi umat Allah di waktu ini.” (Bible Commentary, vol. 7-A, pp. 108, 109)

“Baik dalam perbaktian banyak orang maupun sendirian, kita harus bertelut di hadapan Tuhan bila kita mempersembahkan permohonan kita kepada-Nya. Yesus, teladan kita, ‘bertelut dan berdoa’ (Lukas 22:41). Tentang murid-murid-Nya tertulis bahwa mereka juga ‘bertelut dan berdoa.’ (Kisah Para Rasul 9:40; 20:36; 21:5). Paulus menyatakan, ‘Aku bertelut sambil memohonkan kepada Bapa itu.’ (Efesus 3:14). Dalam mengaku dosa-dosa Israel di hadirat Allah, Ezra bertelut. (Ezra 9:5). Daniel tiga kali sehari dan berdoa, dan bersyukur kepada Allahnya. (Daniel 6:10).” (Gospel Workers, p. 178)